Nelayan paling terpukul atas kenaikan harga BBM

Anggota komisi III DPRD Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah, Otjim Supriata menialai kenaikan harga BBM bersubsidi memperburuk kondisi perekonomian nelayan daerah itu.

Nelayan adalah yang paling terpukul atas kenaikan harga BBM bersubsidi, karena tidak naikpun nelayan di kabupaten Kotim kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi.

Selain sulit harga BBM di tingkat nelayan juga sangat mahal, yakni antara Rp. 10.000-Rp. 12.000/liter bahkan nelayan kesulitan mendapatkan BBM karena di Kotim belum terdapat SPBN. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan BBM kapalnya para nelayan membeli BBM dari pengecer yang harganya lebih tinggi dari harga BBM bersubsidi.

Para nelayan tersebut membeli BB< dari pengecer karena memang tidak ada pilihan lain, sebab jika mereka membeli BBM bersubsidi di SPBU tidak di layani, bahkan tidak jarang mereka di usir dari petugas SPBU.

Naiknya harga BBM seubsidi sama halnya dengan membunuh nelayan secara berlahan. Mengapa saya katakan demikian karna BBM merupakan nafas nelayan. Tanpa BBM mereka tidak dapat melaut dan tidak memiliki penghasilan.

Sementara itu, ijuh (51) salah seorang nelayan Desa Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotim mengaku tidak mampu membeli BBM untuk kebutuhan kapalnya, sehingga beberapa hari terahir terpakasa tidak melaut.

Untuk sementara ini kami bertahan hidup dengan stok bahan makanan lama, kami bekerja seadanya menangkap ikan dengan prahu kecil yang di kayuh, ucapnya.

Ia mengaku belum bisa melaut karena harga BBM bersubsidi sedang naik dan jika di paksakan akan membuat mereka rugi karena biaya operasional yang tinggi.

Sumber wartaekonomi.co.id

Related Posts :